Asmaul Husna
Ha Ana Dza
التصنيف
- About Islam (2)
- Al-Qur'an dan Al-Hadits (3)
- Bahtsul Masail (1)
- Fiqh Mawaris (1)
- Fiqih Ibadah (3)
- Keluarga Rosulullah (2)
- Perpustakaanku (3)
- Qisshoh (1)
- Renungan Perjalanan (7)
- Ukhuwah Islamiah (3)
- Ushul Fiqh (2)
Blog Archive
Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
My Calender
Jumat, 25 Januari 2013
ILMU MAKKI DAN MADANI
Para
pengemban petunjuk yaitu para sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya meneliti
dengan cermat tempat turunnya al-Qur’an, ayat demi ayat, baik dalam hal waktu
ataupun tempat. Penelitian ini merupakan pilar kuat dan sejarah perundang-undangan
yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode dakwah,
macam-macam seruan, dan pentahapan dalam penetapan hukum dan perintah.
Selain menguasai ilmu al-Qur’an,
dakwah tentunya memerlukan metode-metode tertentu dalam menghadapi segala
kerusakan aqidah, perundang-undangan, dan perilaku. Seseorang yang benar-benar
memerhatikan ayat demi ayat dalam al-Qur’an yang dibacanya, ia akan melihat
ayat-ayat Makkiyah mengandung karakteristik
yang tidak ditemukan dalam ayat-ayat Madaniah, baik dalam irama maupun
maknanya.
Pada zaman jahiliah masyarakat
sedang dalam keadaan buta dan tuli, menyembah berhala, mempersekutukan Allah,
mengingkari wahyu, dan mendustakan hari akhir. Mereka juga ahli bertengkar,
ahli berdebat dengan retorika yang luar biasa sehingga wahyu Makki (ayat-ayat
yang diturunkan di Makkah) berupa ungkapan-ungkapan yang sangat tegas dan
keras, berupa ancaman dan siksaan yang bertujuan untuk menghancurkan keyakinan
mereka pada berhala kemudian mengajak mereka kepada agama Tauhid. Mereka yang
begitu fasih berbahasa dengan retorika yang tinggi ditantang untuk membuat yang
serupa dengan al-Qur’an, namun demikian mereka gagal. Wahyu Makki yang berisi
nasib-nasib umat terdahulu, bukti-bukti alamiah yang dapat diterima akal, contoh-contoh
kehidupan akhirat, surga dan neraka yang berada di dalamnya berhasil membuka
tabir kebobrokan mereka.
Setelah terbentuk jamaah yang
beriman kepada Allah, malaikat, kitab dan Rasul-Nya, kepada hari akhir, qadar,
baik dan buruknya, serta aqidahnya telah diuji dengan berbagai cobaan dari
orang musyrik dan kemudian dengan agamanya itu mereka berhijrah – maka di saat
itu kita melihat ayat-ayat Madaniah yang panjang-panjang membicarakan
hukum-hukum Islam serta ketentuan-ketentuannya, mengajak berjihad dan berqurban
di jalan Allah kemudian menjelaskan dasar-dasar perundang-undangan, meletakkan
kaidah-kaidah kemasyarakatan, menentukan hubungan pribadi, hubungan
internasional dan antar bangsa. Juga menyingkapkan aib dan isi hati orang-orang
munafik. Inilah ciri-ciri umum Qur’an yang Madani.
Beberapa
Contoh :
Pendapat yang paling
mendekati kebenaran tentang bilangan-bilangan surah-surah Makkiah dan Madaniah
adalah bahwa Madaniah ada dua puluh surah : 1) al-Baqarah; 2) Ali ‘Imran; 3)
an-Nisa’; 4) al-Ma’idah; 5) al-Anfal; 6) at-Taubah; 7) an-Nur; 8) al-Ahzab; 9)
Muhammad; 10) al-Fath; 11) al-Hujurat; 12) al-Hadid; 13) al-Mujadalah; 14)
al-Hasyr; 15) al-Mumtahanah; 16) al-Jumu’ah; 17) al-Munafiqun; 18) at-Talaq;
19) at-Tahrim; 20) an-Nasr.
Sedang yang diperselisihkan ada dua
belas surah: 1) al-Fatihah; 2) ar-Ra’d; 3) ar-Rahman; 4) as-Saff; 5)
at-Tagabun; 6) at-Tatfif; 7) al-Qadar; 8) al-Bayyinah; 9) az-Zalzalah; 10)
al-Ikhlas; 11) al-Falaq; 12) an-Nas.
Selain yang disebutkan di atas
adalah Makki, yaitu delapan puluh dua surah. Maka jumlah surah-surah Qur’an itu
semuanya seratus empat belas surah.
Penamaan surah Makkiah atau surah
Madaniah itu tidak sendirinya menandakan bahwa surah tersebut seluruhnya
Makkiah atau Madaniah, sebab di dalam surah Makkiah terkadang terdapat
ayat-ayat Madaniah dan sebaliknya. Penamaan surah Makkiah atau Madaniah adalah
menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung di dalamnya.
Faedah
Mengetahui Makki Dan Madani
1.
membantu dalam menafsirkan al-Qur’an, sebab pengetahuan mengenai
tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya
dengan tafsiran yang benar. Berdasarkan ini, seorang penafsir dapat membedakan
antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di antara kedua ayat tersebut
terdapat makna yang kontradiktif.
2.
meresapi gaya
bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah, sebab setiap situasi
memilik bahasa tersendiri. Gaya
bahasa Makki dan Madani memberikan pengetahuan tentang sebuah metode dalam
penyampaian dakwah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara, menguasai
pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh
kebijaksanaan.hal yang demikian nampak jelas dalam berbagai cara Qur’an menyeru
berbagai golongan: orang-orang yang beriman, yang musyrik yang munafik dan ahli
kitab.
3.
mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, sebab
turunnya wahyu kepada Rosulullah sejalan dngan sejarah dakwah dengan segala
peristiwanya, baik dalam periode Makkah maupun periode Madinah.
Ketentuan
Makki Dan Ciri Khas Temanya
- setiap surah yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu Makki.
- setiap surah yang mengandung lafal kallaa, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam lima belas surah.
- setiap surah yang mengandung yaa ayyuhan naas dan yang tidak mengandung yaa ayyuhal ladziina aamanuu, berarti Makki, kecuali surah al-Hajj yang terdapat pada akhir surah. Namun demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat Makki.
- setiap surah yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu, kecuali surah al-Baqarah.
- setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, seperti Alif Laam Mim, Alif Laam Raa dan lain-lainnya. Kecuali surah Baqarah dan Ali ‘Imran, sedang surah Ra’d masih diperselisihkan.
Sedang dari segi ciri tema dan gaya
bahasa dapat dilihat dari :
- ajakan kepada Tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan huru haranya, neraka dan siksanya, surga dan nimatnya, argumentasi terhadaporang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
- suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, terdengar sangat keras, menggetarkan hati dan seringkali diperkuat dengan sumpah.
Ketentuan
Madani Dan Ciri Khas Temanya
- setiap surah yang berisi had (sanksi) atau kewajiban.
- setiap surah yang di dalamnya disebutkan orang-orang munafik kecuali surah al-Ankabut,
- setiap surat yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab.
Sedang dari segi ciri tema dan gaya
bahasa dapat dilihat dari :
- menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, baik di waktu damai ataupun perang dan masalah perundang-undangan.
- menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
- suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syari’at serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
Daftar
Pustaka
·
Anwar, Rosihon, Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia,
2009)
·
Ar-Rumi, Fahd bin Abdirrahman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1999)
·
Al-Qattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2011)
·
Masyhur, Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1992)
·
Syarjaya, Syibli, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2008)
·
Syafe’i, Rachmat, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006)
Label:
Al-Qur'an dan Al-Hadits
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.