Asmaul Husna


Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

My Calender


Jumat, 25 Januari 2013


ILMU MAKKI DAN MADANI


            Para pengemban petunjuk yaitu para sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunnya al-Qur’an, ayat demi ayat, baik dalam hal waktu ataupun tempat. Penelitian ini merupakan pilar kuat dan sejarah perundang-undangan yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode dakwah, macam-macam seruan, dan pentahapan dalam penetapan hukum dan perintah.

            Selain menguasai ilmu al-Qur’an, dakwah tentunya memerlukan metode-metode tertentu dalam menghadapi segala kerusakan aqidah, perundang-undangan, dan perilaku. Seseorang yang benar-benar memerhatikan ayat demi ayat dalam al-Qur’an yang dibacanya, ia akan melihat ayat-ayat Makkiyah mengandung karakteristik  yang tidak ditemukan dalam ayat-ayat Madaniah, baik dalam irama maupun maknanya.


            Pada zaman jahiliah masyarakat sedang dalam keadaan buta dan tuli, menyembah berhala, mempersekutukan Allah, mengingkari wahyu, dan mendustakan hari akhir. Mereka juga ahli bertengkar, ahli berdebat dengan retorika yang luar biasa sehingga wahyu Makki (ayat-ayat yang diturunkan di Makkah) berupa ungkapan-ungkapan yang sangat tegas dan keras, berupa ancaman dan siksaan yang bertujuan untuk menghancurkan keyakinan mereka pada berhala kemudian mengajak mereka kepada agama Tauhid. Mereka yang begitu fasih berbahasa dengan retorika yang tinggi ditantang untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an, namun demikian mereka gagal. Wahyu Makki yang berisi nasib-nasib umat terdahulu, bukti-bukti alamiah yang dapat diterima akal, contoh-contoh kehidupan akhirat, surga dan neraka yang berada di dalamnya berhasil membuka tabir kebobrokan mereka.

            Setelah terbentuk jamaah yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab dan Rasul-Nya, kepada hari akhir, qadar, baik dan buruknya, serta aqidahnya telah diuji dengan berbagai cobaan dari orang musyrik dan kemudian dengan agamanya itu mereka berhijrah – maka di saat itu kita melihat ayat-ayat Madaniah yang panjang-panjang membicarakan hukum-hukum Islam serta ketentuan-ketentuannya, mengajak berjihad dan berqurban di jalan Allah kemudian menjelaskan dasar-dasar perundang-undangan, meletakkan kaidah-kaidah kemasyarakatan, menentukan hubungan pribadi, hubungan internasional dan antar bangsa. Juga menyingkapkan aib dan isi hati orang-orang munafik. Inilah ciri-ciri umum Qur’an yang Madani.

   Beberapa Contoh :
                        Pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan-bilangan surah-surah Makkiah dan Madaniah adalah bahwa Madaniah ada dua puluh surah : 1) al-Baqarah; 2) Ali ‘Imran; 3) an-Nisa’; 4) al-Ma’idah; 5) al-Anfal; 6) at-Taubah; 7) an-Nur; 8) al-Ahzab; 9) Muhammad; 10) al-Fath; 11) al-Hujurat; 12) al-Hadid; 13) al-Mujadalah; 14) al-Hasyr; 15) al-Mumtahanah; 16) al-Jumu’ah; 17) al-Munafiqun; 18) at-Talaq; 19) at-Tahrim; 20) an-Nasr.

            Sedang yang diperselisihkan ada dua belas surah: 1) al-Fatihah; 2) ar-Ra’d; 3) ar-Rahman; 4) as-Saff; 5) at-Tagabun; 6) at-Tatfif; 7) al-Qadar; 8) al-Bayyinah; 9) az-Zalzalah; 10) al-Ikhlas; 11) al-Falaq; 12) an-Nas.

            Selain yang disebutkan di atas adalah Makki, yaitu delapan puluh dua surah. Maka jumlah surah-surah Qur’an itu semuanya seratus empat belas surah.

            Penamaan surah Makkiah atau surah Madaniah itu tidak sendirinya menandakan bahwa surah tersebut seluruhnya Makkiah atau Madaniah, sebab di dalam surah Makkiah terkadang terdapat ayat-ayat Madaniah dan sebaliknya. Penamaan surah Makkiah atau Madaniah adalah menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung di dalamnya.

Faedah Mengetahui Makki Dan Madani
1.       membantu dalam menafsirkan al-Qur’an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar. Berdasarkan ini, seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di antara kedua ayat tersebut terdapat makna yang kontradiktif.
2.       meresapi gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah, sebab setiap situasi memilik bahasa tersendiri. Gaya bahasa Makki dan Madani memberikan pengetahuan tentang sebuah metode dalam penyampaian dakwah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara, menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.hal yang demikian nampak jelas dalam berbagai cara Qur’an menyeru berbagai golongan: orang-orang yang beriman, yang musyrik yang munafik dan ahli kitab.
3.       mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rosulullah sejalan dngan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam periode Makkah maupun periode Madinah.

Ketentuan Makki  Dan Ciri Khas Temanya
  1. setiap surah yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu Makki.
  2. setiap surah yang mengandung lafal kallaa, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam lima belas surah.
  3. setiap surah yang mengandung yaa ayyuhan naas dan yang tidak mengandung yaa ayyuhal ladziina aamanuu, berarti Makki, kecuali surah al-Hajj yang terdapat pada akhir surah. Namun demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat Makki.
  4. setiap surah yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu, kecuali surah al-Baqarah.
  5. setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, seperti Alif Laam Mim, Alif Laam Raa dan lain-lainnya. Kecuali surah Baqarah dan  Ali ‘Imran, sedang surah Ra’d masih diperselisihkan.

Sedang dari segi ciri tema dan gaya bahasa dapat dilihat dari :
  1. ajakan kepada Tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan huru haranya, neraka dan siksanya, surga dan nimatnya, argumentasi terhadaporang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
  2. suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, terdengar sangat keras, menggetarkan hati dan seringkali diperkuat dengan sumpah.
Ketentuan Madani Dan Ciri Khas Temanya
  1. setiap surah yang berisi had (sanksi) atau kewajiban.
  2. setiap surah yang di dalamnya disebutkan orang-orang munafik kecuali surah al-Ankabut,
  3. setiap surat yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab.
Sedang dari segi ciri tema dan gaya bahasa dapat dilihat dari :
  1. menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, baik di waktu damai ataupun perang dan masalah perundang-undangan.
  2. menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
  3. suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syari’at serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.

Daftar Pustaka

·        Anwar, Rosihon, Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)
·        Ar-Rumi, Fahd bin Abdirrahman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999)
·        Al-Qattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011)
·        Masyhur, Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992)
·        Syarjaya, Syibli, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008)
·        Syafe’i, Rachmat, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006)





0 komentar: