Asmaul Husna
Ha Ana Dza
التصنيف
- About Islam (2)
- Al-Qur'an dan Al-Hadits (3)
- Bahtsul Masail (1)
- Fiqh Mawaris (1)
- Fiqih Ibadah (3)
- Keluarga Rosulullah (2)
- Perpustakaanku (3)
- Qisshoh (1)
- Renungan Perjalanan (7)
- Ukhuwah Islamiah (3)
- Ushul Fiqh (2)
Blog Archive
Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
My Calender
Jumat, 14 Juni 2013
Marhaban Yaa
Ramadhan
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Ibadah
puasa memiliki keistimewaan tersendiri dari seluruh rukun-rukun Islam, yaitu
bahwa puasa hanya dinisbatkan kepada Allah Ta’ala, sebagaimana dari sabda
Rosulullah Saw :
“setiap
kebaikan itu dengan sepuluh kelipatannya sampai tujuh ratus kelipatan kecuali
puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku membalasnya. (HR. Al Bukhori dan Muslim dari Hadits Abu Hurairah).
Selanjutnya,
akan disebutkan beberapa keutamaan ibadah puasa dari beberapa Hadits Rosulullah
Saw:
“Demi
Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, sesungguhnya bau busuk mulut orang yang berpuasa
itu lebih harum di sisi Allah daripada bau Kasturi. Allah Azawajalla berfirman
‘ia meninggalkan syahwatnya, makanan dan minumannya karena Aku, maka puasa itu
bagi-Ku dan Aku membalasnya. (HR.
al-Bukhori dan Muslim)
Syurga
itu mempunyai pintu yang disebut Rayyan, dimana pintu itu tidak dimasuki
kecuali oleh orang-orang yang berpuasa, dan ia diberi janji untuk bertemu Allah
Ta’ala dalam balasan puasanya. (HR.
Al-Bukhori dan Muslim dari Hadits Sahl bin Sa’d)
“orang
yang berpuasa itu mendapat dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika ia berbuka
dan kesenangan ketika bertemu Tuhannya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim dari Hadits Abu Hurairoh)
“apabila
masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu Syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup
dan syaithan-syaithan diikat. Dan seorang penyeru berseru:”hai orang-orang yang
mencari kebaikan marilah, dan orang yang mencari keburukan cegahlah.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Ibadah
puasa dimuliakan dengan penisbatan kepada-Nya meskipun seluruh ibadah itu
memang bagi-Nya. mengapa ibadah puasa itu memiliki keistimewaan tersendiri?,
hal ini karena ada dua alasan yaitu :
1. karena seluruh amal keta’atan itu
disaksikan dan dilihat oleh makhluk sedang puasa hanya dilihat oleh Allah
semata. Kalaupun orang yang tidak berpuasa itu mengatakan bahwa dirinya sedang
berpuasa maka tetap ia dihukumi sebagai pendusta yang pada akhirnya
dikembalikan lagi kepada Allah Ta’ala.
2. bahwasanya dengan puasa itu melemahkan
kepada syahwat dimana syahwat itu merupakan tempat permainan dan gembalanya
syaithan. Karenanya Allah Ta’ala memberikan solusi kepada pemuda yang belum
mampu untuk menikah agar ia memperbanyak puasa karena puasa (menahan diri) akan
menjadi benteng bagi dirinya. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rosulullah Saw
:
“wahai para pemuda, siapa di antara kamu yang telah
mampu untuk menikah maka hendaklah ia menikah, karena yang demikian itu lebih
menjaga mata untuk tidak liar dan lebih memelihara kemaluan : dan siapa yang
belum mampu (menikah), maka hendaklah ia berpuasa (menahan diri) karena yang
demikian itu menjadi benteng baginya.” (HR.
Bukhori dan Muslim melalui ‘Alqamah ra.).
Dari segi ini, maka puasa menjadi pintu ibadah dan
menjadi perisai. Ketika puasa, maka secara khusus berarti telah mencegah
syaithan dan menutup serta menyempitkan tempat-tempat jalannya, karenanya puasa
memiliki kekhususan dengan dinisbatkan hanya kepada-Nya. sebagaimana telah
disebutkan dalam sabda Rosulullah Saw. :
“sesungguhnya syaithan itu berjalan pada anak Adam
(manusia) seperti jalannya darah, maka persempitlah jalannya itu dengan lapar.
“(Muttafaq ‘alaih)
Beliau juga bersabda kepada ‘Aisyah ra. :”teruslah
ketuk pintu syurga, Ia bertanya: dengan apa? Beliau saw bersabda : “dengan
lapar”.
Keterangan di atas merupakan kesimpulan dari Ihya’
Ulumiddin (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama) karya Imam Ghozali dalam Kitab Rahasia
Puasa.
Wallahu A’lam Bish Showab…..
(Pustaka_Firdausy)
05 Sya’ban 1434/14 Juni 2013
Label:
Fiqih Ibadah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.