Asmaul Husna
Ha Ana Dza
التصنيف
- About Islam (2)
- Al-Qur'an dan Al-Hadits (3)
- Bahtsul Masail (1)
- Fiqh Mawaris (1)
- Fiqih Ibadah (3)
- Keluarga Rosulullah (2)
- Perpustakaanku (3)
- Qisshoh (1)
- Renungan Perjalanan (7)
- Ukhuwah Islamiah (3)
- Ushul Fiqh (2)
Blog Archive
Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
My Calender
Rabu, 24 April 2013
‘Aisyah (Guru
Agama Para Sahabat)
Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar
tentang al-Qur’an, hal-hal yang difardhukan, halal dan haram, syair, cerita
arab dan nasab (silsilah keturunan), selain ‘Aisyah.
Pernikahan
Nabi Muhammad dengan ‘Aisyah terjadi di Mekkah, yakni bertepatan dengan tahun
ke-10 kenabian di bulan syawal. Mahar pernikahannya sekitar 400 dirham (sumber
lain menyebutnya 500 dirham). Karena ‘Aisyah masih belia kala itu, ia
dikirimkan kembali ke orang tuanya. ‘Aisyah mulai hidup serumah dengan Nabi
pada tahun ke-3 H.
Pernikahan
Nabi dengan ‘Aisyah bermula dari turunnya wahyu agar beliau menikahi ‘Aisyah.
Nabi mengisahkan mimpinya kepada ‘Aisyah “aku melihatmu dalam tidurku, malaikat
mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata “ini
adalah istrimu”, ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu”. Lalu ‘Aisyah
mengatakan “sesungguhnya hal itu telah ditetapkan di sisi Allah” (HR.
al-Bukhori no. 5125, kitab An-Nikah bab an-Nazar ila al-mar’ah qabi az-zawaj)
Selisih Usia Yang Jauh: Bukan
Persoalan
Meskipun selisih usia Nabi dengan
‘Aisyah terpaut jauh, tidak sulit bagi beliau untuk membangun suasana adaptasi
yang selaras dengan ‘Aisyah. Nabi menyadari betul bahwa ‘Aisyah membutuhkan perawatan,
perlakuan dan pembinaan khusus. Beliau tidak menuntut ‘Aisyah untuk berbuat
sesuatu di luar batas umur dan kemampuannya. Bahkan beliau memberinya cinta
kasih dan kelembutan melebihi orang tuanya sendiri. Beliau tidak pula menuntut
‘Aisyah agar menyelaraskan diri dalam urusan dunia dengan selera Nabi, justru
Nabi yang senantiasa beradaptasi dengannya. Namun, karena ‘Aisyah adalah gadis
yang cerdas, tidak terlalu sulit baginya untuk menerima berbagai pendidikan
dari Nabi. Di rumah Nabi, ‘Aisyah tumbuh menjadi wanita dewasa. Ia segera
tumbuh menjadi wanita yang bijak, cerdas dan pandai berbicara. Ia tak lagi
banyak bermain dengan kawan-kawannya seperti dulu. Ia lebih banyak menghabiskan
waktu untuk menghafal al-Qur’an dan mendalami agama. Banyak sahabat termasuk
al-Qasim dan ‘Abdullah, dua keponakanna dari ‘Abdurrohman yang menjadikan
‘Aisyah sebagai sumber rujukan mengenai berbagai persoalan hukum.
Dalam beberapa hal, ‘Aisyah
memang lebih istimewa, ia merupakan satu-satunya istri Nabi yang perawan, selain
perawan, ‘Aisyah juga memiliki paras yang cantik. Bahkan Nabipun menjulukinya ”Humayro”
nisbah untuk kulitnya yang seperti bunga: putih kemerah-merahan, ‘Aisyah sangat
menyukai julukan itu. Selain paling muda dan cantik, ‘Aisyahpun termasuk istri
Nabi yang paling besar rasa cemburunya. Kecemburuannya terhadap istri-istri
Nabi yang lain tercatat pula dalam riwayat : terhadap Zainab Bint Jahsy,
misalnya : ‘Aisyah pernah mengungkapkannya secara terang-terangan dengan tetap
memberikan penilaian yang obyektif, diriwayatkan bahwa ‘Aisyah berkata :
“dialah Zainab bint Jahsy yang selalu bersaing denganku untuk mengambil tempat
di hati Rosulullah”. (HR. Muslim no. 6443 dan dalam kitab Fadha’il as-Sahalah
Bab Fi Fadl ‘Aisyah )
Meskipun ‘Aisyah dikenal
pencemburu, ternyata beliaupun sering dicemburui pula oleh para istri Nabi yang
lain. mereka menganggap dan merasa bahwa kecintaan Nabi kepada ‘Aisyah lebih
banyak daripada kecintaan kepada istri yang lain.
Di antara keistimewaan ‘Aisyah
adalah, malaikat Jibril pernah menampaikan salan untuk ‘Aisyah bukan hanya
sekali, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dan Muslim, Nabi bersabda :” sesungguhnya Jibril telah mengucapkan
salam untukmu (‘Aisyah)”, kemudian ‘Aisyah menjawab : “’alaihissalam
warohmatullahi wabarokatuh, Engkau bisa melihat makhluk (Jibril) yang tak
bisa kulihat. (HR. Bukhori no. 3217 dan Muslim no. 6467)
Keistimewaan berikunya yaitu
Allah telah menurunkan al-Qur’an yang berhubungan dengan pembebasan ‘Aisyah
darituduhan dusta sebanyak 10 ayat dalam surat an-Nur, di dalamnya Allah
menjelaskan bahwa laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik, dan
beliau tergolong perempuan yang baik.
Berkenaan dengan keluasan dan
keunggulan ilmunya, Az-Zuhri berkata : “ seandainya diperbandingkan ilmu
‘Aisyah dengan ilmu seluruh istri Nabi dan ilmu seluruh perempuan, niscaya ilmu
‘Aisyah jauh lebih unggul”. Dan Masruq sebagaimana terungkap dalam sebuah
riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Darda’, “Aku melihat para Syaikh dari
kalangan sahabat Rosulullah yang bertanya kepada ‘Aisyah tentang Faro’id (Ilmu
Waris) (HR. Al-Hakim Mustadrak no. 6814 dan Ad-Darimi no. 2859 : dalam Majma’
Az-Zawaid dikatakan bahwa sanad hadits ini kuat).
‘Aisyah dikenal sangat cerdas dan
disebut-sebut sebagai istri Nabi yang terkenal paling menguasai ilmu agama,
tafsir, hadits dan fiqh kewanitaan. Ia memberi pemahaman kepada para perawi
hadits, memberikan fatwa hukum atas persoalan yang membingungkan, dan
menasihati umat sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. ungkapan ini
memang tidak berlebihan, karena ‘Aisyah memang menguasai hukum syariat. Ia juga
hafal banyak hadits Nabi Saw. sehingga tidak mengherankan jika Rosulullah
bersabda tentangnya : “ambillah separuh agama kalian dari al-Humayra ini.
‘Aisyah wafat di Madinah pada
zaman khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yaitu tahun ke-58 H (sumber lain
menyebutnya di tahun berikutnya), beliay meninggal pada 17 ramadhan di usia 66
tahun. ‘Aisyah dimakamkan di pemakaman Baqi’, kawasan pemakaman yang terletak
di kota
Madinah.
Sumber Rujukan :
- Fauzi, Fathi & Sakakini Widad, Keluarga Perempuan Rosulullah, Biografi Para Ibu, Istri, Dan Putri Nabi, (Jakarta : Zaman, 2011)
- Abazhah, Nizar, Sekolah Cinta Rosulullah,Kisah Suka Duka Generasi Muslim Pertama, (Jakarta : Zaman, 2010)
- Abazhah, Nizar, Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kisah Sehari-Hari Rumah Tangga Nabi, (Jakarta : Zaman, 2010)
- Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta : Litera AntarNusa, 2009)
Label:
Keluarga Rosulullah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.