Asmaul Husna


Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

My Calender


Rabu, 24 April 2013

‘Aisyah (Guru Agama Para Sahabat)

Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar tentang al-Qur’an, hal-hal yang difardhukan, halal dan haram, syair, cerita arab dan nasab (silsilah keturunan), selain ‘Aisyah.
(Zubair bin Awwam)

      Pernikahan Nabi Muhammad dengan ‘Aisyah terjadi di Mekkah, yakni bertepatan dengan tahun ke-10 kenabian di bulan syawal. Mahar pernikahannya sekitar 400 dirham (sumber lain menyebutnya 500 dirham). Karena ‘Aisyah masih belia kala itu, ia dikirimkan kembali ke orang tuanya. ‘Aisyah mulai hidup serumah dengan Nabi pada tahun ke-3 H.

      Pernikahan Nabi dengan ‘Aisyah bermula dari turunnya wahyu agar beliau menikahi ‘Aisyah. Nabi mengisahkan mimpinya kepada ‘Aisyah “aku melihatmu dalam tidurku, malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata “ini adalah istrimu”, ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu”. Lalu ‘Aisyah mengatakan “sesungguhnya hal itu telah ditetapkan di sisi Allah” (HR. al-Bukhori no. 5125, kitab An-Nikah bab an-Nazar ila al-mar’ah qabi az-zawaj)

Selisih Usia Yang Jauh: Bukan Persoalan

      Meskipun selisih usia Nabi dengan ‘Aisyah terpaut jauh, tidak sulit bagi beliau untuk membangun suasana adaptasi yang selaras dengan ‘Aisyah. Nabi menyadari betul bahwa ‘Aisyah membutuhkan perawatan, perlakuan dan pembinaan khusus. Beliau tidak menuntut ‘Aisyah untuk berbuat sesuatu di luar batas umur dan kemampuannya. Bahkan beliau memberinya cinta kasih dan kelembutan melebihi orang tuanya sendiri. Beliau tidak pula menuntut ‘Aisyah agar menyelaraskan diri dalam urusan dunia dengan selera Nabi, justru Nabi yang senantiasa beradaptasi dengannya. Namun, karena ‘Aisyah adalah gadis yang cerdas, tidak terlalu sulit baginya untuk menerima berbagai pendidikan dari Nabi. Di rumah Nabi, ‘Aisyah tumbuh menjadi wanita dewasa. Ia segera tumbuh menjadi wanita yang bijak, cerdas dan pandai berbicara. Ia tak lagi banyak bermain dengan kawan-kawannya seperti dulu. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk menghafal al-Qur’an dan mendalami agama. Banyak sahabat termasuk al-Qasim dan ‘Abdullah, dua keponakanna dari ‘Abdurrohman yang menjadikan ‘Aisyah sebagai sumber rujukan mengenai berbagai persoalan hukum.

      Dalam beberapa hal, ‘Aisyah memang lebih istimewa, ia merupakan satu-satunya istri Nabi yang perawan, selain perawan, ‘Aisyah juga memiliki paras yang cantik. Bahkan Nabipun menjulukinya ”Humayro” nisbah untuk kulitnya yang seperti bunga: putih kemerah-merahan, ‘Aisyah sangat menyukai julukan itu. Selain paling muda dan cantik, ‘Aisyahpun termasuk istri Nabi yang paling besar rasa cemburunya. Kecemburuannya terhadap istri-istri Nabi yang lain tercatat pula dalam riwayat : terhadap Zainab Bint Jahsy, misalnya : ‘Aisyah pernah mengungkapkannya secara terang-terangan dengan tetap memberikan penilaian yang obyektif, diriwayatkan bahwa ‘Aisyah berkata : “dialah Zainab bint Jahsy yang selalu bersaing denganku untuk mengambil tempat di hati Rosulullah”. (HR. Muslim no. 6443 dan dalam kitab Fadha’il as-Sahalah Bab Fi Fadl ‘Aisyah )


      Meskipun ‘Aisyah dikenal pencemburu, ternyata beliaupun sering dicemburui pula oleh para istri Nabi yang lain. mereka menganggap dan merasa bahwa kecintaan Nabi kepada ‘Aisyah lebih banyak daripada kecintaan kepada istri yang lain.

      Di antara keistimewaan ‘Aisyah adalah, malaikat Jibril pernah menampaikan salan untuk ‘Aisyah bukan hanya sekali, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, Nabi bersabda :” sesungguhnya Jibril telah mengucapkan salam untukmu (‘Aisyah)”, kemudian ‘Aisyah menjawab : “’alaihissalam warohmatullahi wabarokatuh, Engkau bisa melihat makhluk (Jibril) yang tak bisa kulihat. (HR. Bukhori no. 3217 dan Muslim no. 6467)

    Keistimewaan berikunya yaitu Allah telah menurunkan al-Qur’an yang berhubungan dengan pembebasan ‘Aisyah darituduhan dusta sebanyak 10 ayat dalam surat an-Nur, di dalamnya Allah menjelaskan bahwa laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik, dan beliau tergolong perempuan yang baik.

    Berkenaan dengan keluasan dan keunggulan ilmunya, Az-Zuhri berkata : “ seandainya diperbandingkan ilmu ‘Aisyah dengan ilmu seluruh istri Nabi dan ilmu seluruh perempuan, niscaya ilmu ‘Aisyah jauh lebih unggul”. Dan Masruq sebagaimana terungkap dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Darda’, “Aku melihat para Syaikh dari kalangan sahabat Rosulullah yang bertanya kepada ‘Aisyah tentang Faro’id (Ilmu Waris) (HR. Al-Hakim Mustadrak no. 6814 dan Ad-Darimi no. 2859 : dalam Majma’ Az-Zawaid dikatakan bahwa sanad hadits ini kuat).

     ‘Aisyah dikenal sangat cerdas dan disebut-sebut sebagai istri Nabi yang terkenal paling menguasai ilmu agama, tafsir, hadits dan fiqh kewanitaan. Ia memberi pemahaman kepada para perawi hadits, memberikan fatwa hukum atas persoalan yang membingungkan, dan menasihati umat sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. ungkapan ini memang tidak berlebihan, karena ‘Aisyah memang menguasai hukum syariat. Ia juga hafal banyak hadits Nabi Saw. sehingga tidak mengherankan jika Rosulullah bersabda tentangnya : “ambillah separuh agama kalian dari al-Humayra ini.

     ‘Aisyah wafat di Madinah pada zaman khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yaitu tahun ke-58 H (sumber lain menyebutnya di tahun berikutnya), beliay meninggal pada 17 ramadhan di usia 66 tahun. ‘Aisyah dimakamkan di pemakaman Baqi’, kawasan pemakaman yang terletak di kota Madinah.

Sumber Rujukan :
  • Fauzi, Fathi & Sakakini Widad, Keluarga Perempuan Rosulullah, Biografi Para Ibu, Istri, Dan Putri Nabi, (Jakarta : Zaman, 2011)
  • Abazhah, Nizar, Sekolah Cinta Rosulullah,Kisah Suka Duka Generasi Muslim Pertama, (Jakarta : Zaman, 2010)
  • Abazhah, Nizar, Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kisah Sehari-Hari Rumah Tangga Nabi, (Jakarta : Zaman, 2010)
  • Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta : Litera AntarNusa, 2009)



0 komentar: