Asmaul Husna


Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

My Calender


Minggu, 24 Februari 2013


 Say No To Zina

      Nafsu syahwat merupakan senjata syetan yang paling kuat atas diri manusia, yang apabila nafsu syahwat tersebut telah menguasai diri manusia, maka ia dapat membuat manusia tersebut condong kepadanya. Seorang bijak berkata “barang siapa yang jatuh dalam satu lubang dari urusan dunia, niscaya ia jatuh dari lubang itu”. Sedangkan menuruti nafsu syahwat perut dan farji (kemaluan) adalah termasuk dari bagian-bagian dunia.

      Lalu apa yang menjadi permulaan zina?. Dikisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Yahya As. “apa dari permulaan zina?”, Nabi menjawab “memandang dan berangan-angan”. Jadi, seseorang yang mampu menundukkan pandangannya, maka ia mampu pula menjaga pikiran, hati serta kemaluannya. Memandang merupakan dosa kecil yang apabila dituruti ia dapat membawa pada dosa besar yaitu zina farji (kemaluan).

      Allah Swt. jelas-jelas telah melarang berbuat zina dalam sabda-Nya :
dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah perbuatan keji dan jalan yang teramat buruk” (Q.S. Al-Isra’ : 32)
“dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. Al-Mu’minuun : 5-7)

      Rosulullah SAW bersabda :
“Tujuh orang yang dilindungi oleh Allah pada hari kiamat dalam lindungan ‘arasy-Nya pada hari itu tidak ada lindungan kecuali lindungan-Nya. dan terhitung termasuk mereka, seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang cantik dan mempunyai kedudukan kepada dirinya, lalu laki-laki itu berkata : “sesungguhnya saya takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (muttafaq ‘alaih dari hadits Abu Hurairah)

      Diriwayatkan pula bahwa seorang pemuda mendatangi Rosulullah saw. lalu ia bertanya, “ wahai Rosulullah, maukah engkau memberikanku izin untuk berzina”, mendengar pernyataan pemuda tersebut, para sahabat marah karena pemuda tersebut telah berani bertanya hal demikian kepada Nabi. Nabi lalu berkata, “biarkan ia! Ke marilah kamu!”. Pemuda itu pun mendekati Nabi. “Engkau senang kalau hal itu terjadi pada ibumu?”, Tanya Nabi. “tidak, demi Tuhan”. “demikian pula orang lain, mereka juga tidak senang bila hal itu terjadi pada ibu mereka”, “akankah engkau senang hal itu terjadi pada anak gadismu?”. “juga tidak”. “demikan pula orang lain, tidak senang hal itu terjadi pada anak gadis mereka”. Setelah terjadi dialog tersebut dengan Nabi mencontohkan kepada perenpuan-perenpuan yang paling dekat dengan pemuda tersebut, lalu kemudian Nabi meletakkan tangan di dada si pemuda seraya berdo’a “ ya Allah, bersihkanlah hatinya, ampunilah dosanya, dan jagalah kemaluannya!”. Sejak saat itu, tidak ada yang lebih debencinya daripada perbuatan zina. (Al-Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir : 7.679 dan dari Abu Umamah : 7.759, nas tersebut juga diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin, III h.86).

      Islam sangat menjaga terhadap kesucian seseorang, baik itu lahir maupun batin. Itulah mengapa dalam bab-bab fiqih yang diejelaskan pertama kali adalah bab thaharah, agar penganutnya senantiasa menjaga kesucian baik lahir maupun batin. Zina termasuk dosa besar yang dapat melenyapkan kehormatan dan menyebabkan kemurkaan Allah. adapun pandangan adalah permulaan zina yang menjaganya itu penting dan sulit, terkadang diremehkan tanpa adanya rasa takut padahal banyak bencana yang timbul daripadanya.

      Sesungguhnya wajib mencegah diri dari perbuatan zina dengan meninggalkan memandanng dan berangan-angan dan lain-lain yang dapat menimbulkan hasrat untuk melakukan perbuatan zina. Kalau tidak, sehingga akal menjadi tunduk pada nafsu syahwat, maka menjadi sulit menolaknya dan thabiat menuntut pengulangan kembali. Dalam hal ini maka menjadi lebih sulit untuk mengobatinya.

      Lukman menasehati anaknya, “anakku, jauhilah dari berbuat zina, sebab awalnya adalah kecemasan, akhirnya penyesalan dan setelah itu azab”. Menururti hawa nafsu hanya akan memperoleh kesenangan yang bersifat semu yang pada akhirnya mengakibatkan penyesalan serta menjauhkan hubungan kita dari-Nya. Kebahagiaan dan ketenangan pada hakikatnya akan kita raih apabila kita memutuskan nafsu syahwat dan mengendalikan diri dari sifat-sifat tercela, kemudian menghadapkan diri pada mujahadah (bersungguh-sungguh menentang hawa nafsu). Seorang bijak berkata, “orang bodoh adalah orang yang menambah keperluan-keperluan dan menuruti nafsu syahwatnya, sedang ia tidak mengerti bahwa ia memperbanyak sebab-sebab kesedihan dan kesusahan”.

      Di dalam ayat yang telah di tulis di atas memerintahkan kita agar jangan mendekati zina seperti memandang lawan jenis yang dapat menanamkan syahwat di hati, berdua-duaan dengan lawan jenis dan lain-lain yang dapat mendorong kita kepada perbuatan zina. Sebab bila kita terlalu menuruti hawa nafsu maka kita akan terjebak dalam situasi yang kita sulit keluar darinya.

kelezatan hawa nafsu yang sudah bersarang di kalbu merupakan penyakit kronis” (Al-Hikam, Ibn “Athaillah).

      Awal kita tercipta adalah dalam keadaan suci, lalu untuk apa kita lumuri diri dengan dosa-dosa yang dapat merusak hubungan kita dengan-Nya, di mana rasa cinta untuk diri sendiri?. Apabila kita menuruti nafsu syahwat, maka kita ibarat orang yang berjuang menggapai kebahagiaan “sesaat” untuk penderitaan “seabad”. Surga memang dikelilingi oleh tabir duniawi yang menyesatkan, godaan keindahannya yang pada hakikatnya hanyalah kesenangan semu belaka dapat membuat kita melupakan kenikmatan surgawi yang tiada tara. Dalam hal ini, hendaknya kita menanamkan rasa takut kepada-Nya sebagai pukulan dahsyat bagi syahwat dan mengisi waktu dengan segala amal taat dan segala hal yang bermanfaat serta menyibukkan diri dengan hal-hal yang dapat mendekatkan kita kepada-Nya.

Daftar Pustaka :
  • Imam Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, (Semarang: Asy-Syifa’, 2009)
  • Rahman ibn ‘Ali ibn al-Jawzi, Bahr al-Dumu’, (Jakarta: Serambi, 2007)
  • Ibn ‘Athaillah, Al-Hikam, (Jakarta: Zaman, 2010)






0 komentar: